Archive

Archive for October, 2016

Affirmasi Mardigu WP

October 25, 2016 Leave a comment

“Bagi mereka yang percaya, tidak perlu penjelasan. Bagi mereka yang tidak percaya, tidak akan pernah cukup semua penjelasan”.

(Berikut ini adalah affirmasi yang dirangkum dari tulisan Mardigu WP)

Secara keseluruhan Aku adalah manusia yang terlahir sempurna. Dasar Aku adalah baik. Aku diberi hak menjadi lebih baik.

Aku berhak mendapatkan kesuksesan, kebahagiaan, dan semangat hidup. Aku berhak memperoleh hubungan dengan pasangan dan berbahagia, kesehatan yang sempurna, pekerjaan yang layak, dan kehidupan yang berkecukupan dengan limpahan uang dan keberkahan.
Semua adalah hak asasiku.
Semuanya adalah paket yang Aku miliki.

Aku diciptakan untuk mendapatkan kesuksesan. Aku didesign memiliki rasa percaya diri “self esteem” yang tinggi. Aku diciptakan memiliki rasa hormat atas diri sendiri “self respect” kebanggaan diri.

Aku sebuah Mahakarya, Aku Masterpiece. Tidak ada dua Aku, tidak ada yang sama persis dengan Aku. Aku UNIK.

Aku diciptakan sebagai “co creator to God” pencipta nomor dua setelah Allah.
Aku memiliki bakat dan kemampuan yang menakjubkan. Gali dan gunakan potensi itu, Aku bisa memperoleh semua yang Aku impikan.

“Be carefull with what You wish”.
Benar, berhati-hati dengan apa yang Aku inginkan dan ucapkan. Setiap doa dikabulkan.

Aku hidup di sebuah jaman yang mengagumkan. Jaman paling hebat dalam sejarah umat manusia. Aku dikelilingi oleh banyak peluang yang dapat Aku manfaatkan untuk meraih impian-impianku, semua alat penunjangnya pun lengkap.

Satu-satunya batas nyata yang menjadi penghalang untuk mencapainya adalah “Batasan-batasan yang ada di dalam diriku sendiri”.

Lewati batas itu. Masa depanku sesungguhnya terbuka lebar!!

Categories: SELF-TALK Tags:

Lihatlah Anna Apa Adanya.

October 24, 2016 Leave a comment

Aku kepulkan asap rokok putihku ke alam raya, setelah kurasakan nikmat nikotinnya masuk ke kepala, ke seluruh bagian saraf-sarafku yang terdalam.

Bila memerlukan sebuah nama, cukup panggil aku Anna, seorang wanita biasa.

“Adalah picik untuk menilai seseorang dari tampilan luarnya –wajahnya, tubuhnya, tingkat pendidikannya, pekerjaannya, pakaian yang digunakannya, dll”.

Ini adalah tulisan untuk mengingatkan, khususnya untuk diriku sendiri, dan umumnya untuk diriku sendiri juga.

Adalah memilukan, saat ada orang lain yang memandangmu sebelah mata, apalagi dari orang yang saat itu kau kagumi –entah setelahnya.

“Memang aku tak sebaik yang aku inginkan, namun juga tak seburuk yang kamu sangkakan”.

Aku ingin selalu mengingat hal ini, peristiwa ini, karena ini tak enak, supaya aku tak mengulanginya kepada orang lain. Semoga.

Apakah diriku sebegitu hinanya sehingga kalimat itu terlontar, bahkan dari bibir seseorang yang terpelajar?

Memang, pekerjaanku tak mulia, seperti dirimu. Namun kau juga tahu, bahwa ini legal dan pula halal. Selebihnya hanya aku dan Allah yang lebih tahu.

Memang, hanya hati yang mampu membaca hati, namun mendengar perkataanmu aku tak sampai hati.

*catatan sore Anna, di sudut sebuah kota.

Categories: Uncategorized Tags:

Belajar Hidup, Mengajar Mati.

October 23, 2016 Leave a comment

Guru terbaik, bermurid dirinya sendiri.
Murid terbaik, berguru dirinya sendiri.

Setelah mengamati dan diamati, ternyata setiap babak kehidupan selalu terjadi peran guru-murid, berguru-bermurid, belajar-mengajar.

Entah itu mengajar dan belajar suatu keahlian (hardskill) yang bisa menunjang nilai tambah dalam bidang pekerjaan, maupun belajar dan mengajar suatu keilmuan (softskill) untuk menambah nilai dalam berkehidupan, bermasyarakat, sebagai seorang anak, atau bahkan sebagai seorang salik (orang yang mencari dan meniti jalan menuju Allah).

Belajar dan mengajar memang tidak mengenal kata berhenti sebelum kematian menjemput. Tidak dibatasi ruang, waktu, apalagi tempat. Belajar dari yang muda, atau mengajar yang lebih tua.

“Sesungguhnya tak ada yang lebih tahu di antara kita; yang ada hanya Lebih Dulu Tahu” ~ Candra Malik.

Selalu belajar walau tidak bermaksud demikian. Dan kadang mengajar walau tak bermaksud menggurui. Atau mungkin lebih tepat jika disebut saling berbagi? Terserah.

Terkadang kita dipertemukan dengan suatu kondisi atau peristiwa yang kebanyakan juga melibatkan manusia secara singkat, entah itu sekian detik atau menit, yang ternyata kita telah belajar sesuatu, atau juga ternyata kita telah mengajarkan sesuatu (kepada orang lain) tanpa kita sadari.

Dan terkadang juga kita mengalami rangkaian peristiwa yang panjang, berbilang bulan ataupun tahun hanya untuk melakoni peran belajar, atau ditugaskan mengajar.

Belajar dan mengajar memang sesuatu yang alamiah. Kita bisa belajar dari kondisi yang kita suka, maupun kondisi yang kita takuti. Kita bisa belajar dari orang yang kita cintai, pun dari yang kita benci.

Dan pada akhirnya kita bisa merumuskan beberapa hal, antara lain: ternyata cinta dan benci hanya soal rasa, bukan kebenaran mutlak.

Categories: Reflection Tags:

[intro] Rogo, Roso, Pikir.

October 22, 2016 Leave a comment

Ternyata bener ya, cinta, sepi, rindu, itu awalnya ada di roso, lalu naik ke pikir. Terus dipikirin terus jadinya mbulet.

Padahal (asalnya/aslinya) cinta itu asik, rindu itu enak, tapi kalo dinaikin ke pikir jadi bikin enek.

Apa yang salah dengan Roso? Gak ada yang salah kayknya, hanya tindakan yang kita ambil untuk menyikapi kelanjutan rosonya yang perlu ditinjau kembali, dan selalu ditinjau kembali.

Rogo, Roso, Pikir, tiga hal yang gak bisa dipisah, menyatu walau tak bersatu, bersama walau tak selalu sejalan seirama.

Rogo, Roso, Pikir, nyatanya selalu ditemui dalam latih kebatinan, spiritualisme, atau supranatural, walau mungkin dengan bermacam nama, berbagai istilah, namun merujuk pada hal yang sama.

Menarik sekali mempelajari tentang tiga hal ini, intinya mungkin ada di perhatian, memperhatikan. Hati??

Ah, entah, menurutku perhatian tak selalu menggunakan hati, walau memang selalu ada Hati dalam perHATIan. Terkadang kita gunakan Nafsu, terkadang kita gunakan Kesadaran. Ah, makhluk apa lagi itu Nafsu dan Kesadaran? Sadar, Eling.

Roso, itu mungkin ada di tengah-tengah (dada) ya, lalu bisa dibawa ke atas (Pikir) atau juga bisa dibawa ke bawah (Rogo), berawal dari pelukan, lalu terjadilah hal-hal yang diinginkan. Eh.

Ah, entahlah. Apakah nafsu juga bagian dari roso? Atau nafsu adalah hal lain yang berdiri sendiri? Entah, namanya juga kemungkinan.

Yang berikutnya akan dibahas sedikit (kalo dibahas menyeluruh, gak ada ujungnya) adalah Kesadaran, Sadar, Eling.

Apa sih kesadaran itu? Kesadaran menurutku: yang ada, yang selalu ada, akan tetap ada, tak bisa diciptakan, juga tak bisa dihancurkan. Kesadaran bisa berubah-ubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Wah, jadinya melebar nyerempet-nyerempet ke anu kan. Padahal awalnya ngomongin cinta, rindu, roso, rogo, pikir
Ah, sudahlah.

Sesungguhnya, sejuta rindu hanya butuh satu pelukan,
Seribu kehidupan hanya untuk satu ‘pertemuan’.

Categories: Uncategorized

[Part 2] Lintas Pantura. End?

October 16, 2016 Leave a comment

“Aku baru tau, ternyata yang paling indah dari cinta adalah rindu”.

Bulan ini kulakukan lagi, Part #2 Solo Touring Bekasi – Gresik with a motorbike, and yes, alone (but not lonely), like before.

Mungkin yang terakhir, mungkin juga tidak. Yang pasti tiap perjalanan punya kesan masing-masing. Punya nikmat tersendiri.

“Aku hanya ingin memastikan bahwa semuanya masuk akal dan baik-baik saja”.

Iya, masuk akal, karena semua yang masuk di akal bisa diobservasi lebih lanjut, apa sebabnya yang menjadikan akibat?

Aku berusaha untuk selalu berada di sini, saat ini, di tempat ini. Right here, right now. Aku berusaha –karena tak kutemukan lagi kalimat yang lebih tepat daripada itu.

“Terkadang, apa yang telah terjadi dalam hidup membuat kau terlalu keras kepada dirimu sendiri”.

Tidak ada yang salah dengan kekerasan, karena semua memang telah dibuat seimbang: ada lembut, ada keras, dan lain sebagainya. Namun semua ada penempatannya masing-masing. Kita perlu satu kunci yang tepat untuk membuka kotaknya.

“Kau juga tahu, saat bersamamu semuanya terasa luar biasa”.

Waktu berjalan cepat, seperti ada melodi romantis di telingaku, kucium semerbak wangi parfum dunia, dadaku meluas, terasa hangat, seperti senyumanmu.

“You know, sometimes it’s okay to crying”.

Menangis dalam kebahagiaan mungkin tak masuk hitungan, tapi mampukah kau menertawai kesedihanmu, tangismu?

Karena pada akhirnya, semua selalu baik-baik saja, seperti yang dulu, kemarin, saat ini, dan selamanya.

Enjoy this moment.

*Gresik, Oktober 15, 2016.

Categories: story

Prosperity Consciousness, Cerita Mardigu WP [3 of 3]

October 9, 2016 Leave a comment

Sepulangnya dari belajar.

Jujur, 3 bulan setelah kembali. Saya belum memulai mempraktekan. Belief sistem saya tertabrak tabrak.
Nasib kita yang menentukan? Sementara saya punya keyakinan nasib ditentukan Tuhan.

Sebuah tabrakan belief sistem. Saya belum bisa terima. Kalau saya tidak terima. Saya harus menerima kondisi sekarang. Berhutang dan hidup susah. Memulai sesuatu akan terbawa putaran sama. Memulai yang baru harus merubah belief sistem. Ini pengalaman
saya. Mungkin hanya terjadi pada saya.

Pelajaran mengcancel doa.
Dalam sebuah sesi di millioanire mindset ada pelajaran berfikir dan berdoa yang tidak boleh dicancel.

Contohnya, saya diperintahkan memohon waktu itu. Misalnya memohon Berikan 1 milyar rupiah pada akhir bulan ini.
Saya manut, “Ya Allah saya minta 1 milyar di rekening saya akhir bulan ini”.
Lidah saya berucap, hati kecil saya berkata lain, mungkinkah? Darimana caranya?”
Dan perkataan di hati kecil itu di pelajaran yang saya peroleh adalah mengcancel doa. Hal itu membatalkan doa.

Dalam membuat permohonan tidak boleh dicancel. Percaya utuh. Setiap keraguan harus dipanjatkan lagi permohonannya. Ulang lagi. Karena permohonannya dicancel sendiri.

Ribuan kali saya coba, ribuan kali saya cancel.
Belief sistem saya belum bisa terima. Masak sih? Kok gitu doang? Emang bisa? Dari mana caranya?

Di Tahun 2001 itu saya bekerja untuk menutupi biaya hidup dan sebagian cicilan hutang. Posisi sebagai Direktur Bisnis Advisor dari sebuah investment banking ternama PT Refund
(sekarang bernama PT Recapital) di jakarta cukup besar kompensasi bulanannya. Namun hanya kerja kontrak. Hanya dari 2000-2002, 24 bulan. Kontrak akan berakhir 9 bulan lagi dari masa saya ke australia tersebut.

Suatu pagi. Saya meminta anak kedua saya fathur yang berusia 5 tahun, “mas fathur tolong ayah diambilkan sepatu yang hitam” kata saya.
Fathur diam saja.
Saya ulangi sekali lagi ”Fathur, kamu dengar khan ayah suruh apa?” Dia tetap diam dan berjalan menjauh. Suara saya tinggikan, intonsi suara saya tekan. Dia diam menunduk. Emosi saya terpancing, “ini anak kok gak nurut sih!” kata saya dalam hati.

Saya berjalan ke arahnya. Gerakan marah terpancar di wajah saya. Matanya menatap saya tepat di mata saya. Agak ketakutan ekspresinya.
Saya kaget, “kok dia takut?” Saya berkata dalam hati. Langsung saya berlutut mensejajarkan mata nya dengan mata saya (ini adalah metode dasar psikologi mendidik anak dimana mata sejajar menunjukan kesetaraan, kesederajatan).

Kalau atas bawah, anak di bawah dan orang tua di atas, bola mata anak yg pupil (hitam) di posisi atas ini sangat sugestif membuat posisi orang tua otoritatif dan si anak inferior. Di kondisi saya dan fathur kondisi tersebut tidak
boleh, saya lagi marah, fathur lagi takut jadi langsung saya sejajarkan sehingga dia nyaman karena merasa sederajat.
Saya ubah ekpresi saya, saya datarkan suara saya. “Tolong ambilkan sepatu ayah
sayang?” kaki saya dipeluknya. Bahasa tubuhnya saat itu yang saya rasakan adalah dia tidak mengizinkan saya berangkat bekerja.
Kembali saya terhenyak. Tadinya mau marah, namun signal yang diberikannya cukup kuat, “jangan pergi! ayah belum memberikan banyak rekening emosi ke fathur” Itu yang saya dapat.

Rekening emosi saya kurang kepada fathur. Lama saya menatap wajahnya. Tiba-tiba saya putuskan, baik ayah tidak bekerja hari ini. “Kamu mau apa sayang?”
Ajarin mas fathur naik sepeda roda dua ayah, terus main layangan? Boleh? pintanya dg lagak lucu memiringkan kepala. Saya menganguk. Saya telfon sekertaris saya si Yola tolong bilang pada pimpinan pak Rosan. Saya tidak masuk, off.

Seharian saya ajari fathur naik sepeda roda dua, sorenya kami bermain layangan, 7 jam sangat padat berkualitaslah, setidaknya menurut saya.

Malamnya dia memijat-mijat sebagian tubuh saya. Nikmat sekali rasa dihati. Tiada tara rasanya. “Ah enak ya berkumpul dengan orang yang kita cintai, mengerjakan hal yang kita cintai, mendapatkan uang tak terhingga.”

Seperti KLIK terjadi di Otak .

Saya mendadak seperti mendengar saya
berbicara pada diri saya sendiri, katanya ingin punya anak sholeh, kok ngaji diajari orang lain, belajar sepeda dg orang lain, belajar baca tulis sama orang lain, bagaimana rekening emosi bisa
tumbuh. Bukannya dulu pernah mengatakan bahwa kalau bisa setiap cell dari anak yang tumbuh saya memiliki andil terbesar, agar di kemudian hari tidak ada sesal. Sementara faktanya, setiap hari sibuk. Pagi berangkat anak
belum bangun, pulang anak sudah tidur. Ketemu di kala weekend sdh kecapean pengen istirahat. Anak tau-tau tumbuh membesar dan membesar tanpa ada kontribusi saya apa-apa.

Saya terhenyak.
Lalu saya putuskan seketika itu juga tanpa pikir, cikar kanan, vaya condios. Kita bakar kapal!!
Ini istilah saya mengandaikan tindakan seorang Panglima perang Jabbal Tariq sewaktu menaklukan Gibraltar. Pasukannya kalah jumlah dan nyali ciut mau mundur. Jabbal Tariq memerintahkan bakar kapal. Sehingga
pasukannya tidak ada pilihan kecuali maju berperang.

Besoknya saya membuat surat resign. Tertuju pada partner owner perusahaan tersebut, rosan roslani. Saya mendadak percaya 100% bahwa uang akan datang kesaya. Tanpa usaha banyak.
Dan saya tidak pernah cancel. Utuh saya
percaya permohonan itu pada Tuhan. Entah mengapa? Tapi saya percaya dan semangat sekali.

Hari berlalu tanpa ada yang istimewa. Herannya orang modern seperti saya tidak banyak tanya-tanya. Enjoy total. Benar seperti orang aneh.
Nggak mikir blass.

Sore itu saya menyiram bunga. Di luar dari kebiasaan. Saya tidak pernah siram bunga. Tahu-tahu sebuah motor menghampiri. Pengemudinya menggunakan helm berkaca gelap. Saya tidak tahu siapa dia.

“Sore bapak” katanya sambil membuka helm.
Eh, ray sahanaya rupanya, dia orang ambon tetangga saya yang tinggal berjarak tiga rumah di sebelah. Dia mengontrak disana.

“Begini bapak, bapak adakah uang 10 juta di tangan?” Katanya dengan logat ambon yang kental. “Maksudmu?” tanya saya.

“Begini bapak, beta mau jual samua barang di rumah beta bapak. Beta jual 10 juta bapak. Termasuk motor baru ini bapak. Tv, kulkas, AC, kontrakan rumah, samua bapak ambil boleh kah?”

“Wah …. ray, jujur uangku hanya 6 juta, Inipun buat bayar hutang besok” saya menjawab apa adanya.

Dia terdiam. kemudian berkata, “beta dapat kerja kapal bapak. Malam ini kapal so angkat jangkar, jam sambilan kita so balayar bapak, beta dikontrak 3 tahun bapak. Gajih bagus 2500 dollar
sabulan bapak. Beta harus cepat-cepat balik pelabuhan bapak”
Lalu dia terlihat berfikir sebentar dan kemudian berkata, “Baiklah bapak, beta kasi bapak samua. Bisa kasih 6 juta sekarang kah?”
“Ada” saya menjawab.

Saya masuk kedalam 1 menit, keluar saya berikan uang 6 juta. Dia senang sekali giginya yang putih berkilat tak pernah hilang dari bibirnya, ray menandatangi tanda terima, dan 3 lembar kwitansi kosong untuk motor. Dan kunci kontrakan. Bawa koper berangkat pakai ojek.

Saya terdiam. Memegang 2 kunci. 1 kunci
rumah kontrakan, 1 kunci motor beserta surat-surat. Saya ke kontrakannya yang lebih luas sedikit dibanding rumah kontrakan saya. Cukup rapih untuk seorang bujangan. Barang-barangnya
terawat. Keesokan harinya saya jual semuanya kecuali motor yang saya butuhkan mengganti Honda tiger saya, juga ongkos sekolah ke australia. Total saya memperoleh sisa uang 19
juta! Dan rumah kontrakan yang masih 1 tahun lagi. Catatan: kontrakan saya tinggal tersisa 2bulan kala itu.

Inikah prosperity conscious itu?

Categories: Uncategorized

Prosperity Consciousness, Cerita Mardigu WP [2 of 3]

October 9, 2016 Leave a comment

Di Ramta School, Hari pertama 110 orang murid hadir. Dari 10 negara. Ada india, australia, philipina, malaysia, kamboja, hongkong, jepang, amerika, inggris, terakhir dari iran. Saya satu-satunya dari Indonesia.

Hari pertama perkenalan, masing-masing cerita jalan hidup mereka masing-masing sharing, berbagi sedetail dan serinci mungkin.
Wah, seperti film drama. Ceritanya seram-seram. Menegangkan. Taruhan nyawa
hilang dan angota keluarga yang meninggal terbunuh hal yang biasa. Parah semua kondisinya.

Ada yang usia 55 tahun, selama 40
tahun bekerja hanya untuk membayar hutang, ada yang bangkrut berhutang dengan genk mafia, ada yg dikejar-kejar triad dan dibunuh keluarganya, ada yang ditipu habis oleh keluarga senidiri, wah sulit di bayangakn cerita jalan hidup mereka, bahkan 100 kali mendengar
cerita masing-masing, 100 kali saya menangis.

Saya tentu tidak boleh menceritakan rincian cerita mereka karena ini menjadi rahasia diantara kami.
Dimana kami seakan sudah menjadi saudara sependeritaan , common sorrow.
Jalan hidup saya jika mendengar cerita mereka menjadi tak sebanding, tak ada apa-apanya.

Hari berikutnya, sang instruktur menceritakan jalan hidup mereka. Sama saja awalnya kusut semua. Mereka ber 5. Masih muda. Yang paling tua baru 35 tahun. Namun rekening mereka paling sedikit AUD $ 6,000,000.
“Diampuuut..!” ujar saya dalam hati berkali-kali.

Milionaire mindset di ajar oleh millionaire. Ok, ini benar. Ini adil.
Kami dilihatkan ke ATM dana mereka. Mereka tidak dusta.

Diperlihatkan keesokan harinya bagaimana uang itu datang ke mereka.
Mulai melek mata saya. Mulai lompatan-
lompatan kecil liar di otak berjalan.
Aha, aha. Itu berkali-kali.

Hari berikutnya. Pelajaran dimulai.
Formasi setengah lingkaran. Tanpa meja.
Pelajaran trespassing namanya, teritori ego kami akan diterabas, akan dicross, akan dilewati, siap-siap marah, siap-siap tersusuk hatinya.

Kami peserta diberi pertanyaan “how is
the money come to you?”.
Bagaimana uang datang ke anda?
Seluruh peserta mendapat giliran, kalau disamaratakan semua menjawab DENGAN BEKERJA.

Pertanyaan berikutnya “Kalau anda tidak ada uang apa yang anda lakukan?”
Seluruh peserta berbicara bergantian,
kesimpulannya “mencari kerjaan”.

Pertanyaan berikutnya, kalau anda bekerja apa yang anda peroleh?
Seluruh peserta menjawab “UANG!”

Pertanyaan berikutnya, JADI BEGITULAH CARA KERJA OTAK ANDA? Untuk mendapat uang anda harus bekerja?

Kita stop sebentar. Ada yang salah dari
pernyataan di atas? Tentu tidak bukan. Inilah pertanyaan dan pernyataan selanjutnya.
“Bisakah anda tidak bekerja , anda dapat
uang?”
Otak saya kram, macet.

Kemudian terdengar suara instruktur melanjutkan “Karena anda berfikir uang datang kalau bekerja, kalau tidak punya uang anda mencari kerjaan, dan anda pikir anda mendapat uang, padahal itu
hanya menyambung hidup, diakhir bulan uang anda habis lagi, dan anda bekerja lagi, begitu roda kehidupan yang anda putar, BENAR?”

Otak saya berhenti. Rasanya tidak ada yang salah. Bukankah itu pemahaman yang umum. Uang didapat dengan bekerja. Gak kerja ya gak dapat duit.

Pertanyaan berikut agak menohok saya. “Anda berTuhan mr Mardigu, anda percaya Tuhan?” Ya, pasti.

“Tuhan anda bisa apa?”
Duh kalau ini bukan pelajaran trespassing sudah ngamuk saya.

“Tuhan saya bisa segalanya. Tak
terhingga”. Jawab saya dengan nada tidak nyaman.

Instruktur bernama Geoff mendekat, “Tuhanmu tak terhingga bisa ngapain aja, bisa semuanya?”
“Bisakah anda meminta pada Tuhan. Kamu di rumah, duduk dengan orang yang mencitaimu dan yang kamu cintai, mengerjakan sesuatu yang menjadi kesukaanmu, UANGMU TAK
TERHINGGA. Bisa gak?!”

Saya gelagepan. Ditekan lagi saya.

“Bisakah tuhanmu mendatangkan uang padamu tanpa kerja. Hanya mengerjakan yang kau cintai, DAPAT UANG TAK
TERHINGGA, bisa kah?”
“Bisa!” jawab saya keras.

“Kenapa kamu tidak minta itu? Kenapa kamu tidak minta kepada Tuhan, ya Tuhan, saya mau berkumpul dengan orang yang saya cintai, mengerjakan sesuatu yang saya sukai, menyenangkan banyak orang, santai, membuat sehat, membuat pinter, membantu alam, dan
dapat duit tak terhingga, kenapa ngak minta kayak gitu, kenapa ngak taro kata-kata itu dalam pikiranmu, kenapa malah milih yang repot, yang cape, yang buat frustasi hanya untuk dapet duit?! Kenapa minta kerja baru dapat uang?!”
Nada suaranya meninggi dan mengeras.

Saya tidak menjawab, saya ya juga bingung. Kenapa saya mau dapat uang harus kerja?
Kenapa ngak diem aja atau mengerjakan
sesuatu yang enak dan santai aja?
Tapi kenyataanya khan orang harus kerja juga apapun itu? Buktinya banyak orang yg santai-santai malah masuk jurang kemiskinan. Ini maksudnya saya harus apa ya.

Geoff menekan saya lagi, “Kalau anda datang kesini masih mempertahankan dan mempertanyakan hal-hal dasar. Anda siap-siap kecewa. Kalau anda percaya anda yang menentukan nasib anda siap-siap terkejut. Kalau anda percaya nasib bukan ditangan anda, anda
pasti kecewa. Kalau anda percaya Tuhan bisa melakukan apapun anda pasti mendapat sesuatu. Kalau anda percaya garis tangan sudah ditentukan sebelumnya anda pasti frustasi, kalau anda percaya anda menulis jalan hidup
anda sendiri anda pasti menemukan jalan
keluar. Kalau anda banyak berfikir dan
mepertanyakan metode pengajaran selama 7 hari ked epan siap-siap angkat koper karena anda tidak mendapatkan apa-apa, kalau anda pasrah dan percaya anda sangat diuntungkan karena semua akan mudah. Kalau anda percaya inilah jawaban atas doa anda anda pasti menikmati setiap proses di kelas ini. Kalau anda masih memegang kukuh belief sistem anda yang lama anda akan persis akan menjadi seperti anda sekarang, kalau anda meruntuhkan seluruh bangunan anda dan bersiap membangun pondasi belief baru siap-siap melihat diri anda yang anggun yang sesuai dengan maunya anda”.

Kemudian nada suaranya melunak dan makin pelan, “Anda kesini sudah membuang waktu, membuang tenaga, membuang pikiran, membuang uang, apa yang tersisa dari anda hanya pola pikiran saja , kalau anda mau membuang pola tersebut kita akan melanjutkan pelajaranya. Siap-siap akan sakit, sakit hati karena semua yang anda pegang bisa lepas bahkan harus lepas. Bahkan kebenaran yang anda pegang akan dichallenge, ditantang ke
batas ujung. Diri anda akan didorong ke batas yang anda merasa apakah mungkin, apakah masuk di akal, masak sih, bagaimana bisa, pernyataan dan pertanyaan logika belief lama akan ditantang, kalau ternyata tidak teruji, rubuhkan. Ingat kebenaran yang terbenar
adalah kebenaran yang teruji, kebeneran yang terbenar adalah kebenaran yang tidak “menohok/menyinggung” siapa pun, kalau ada yang sakit hati gara-gara kebenaran ini, pelajaran kebenaran ini salah dan kebeneran yang paling terbenar ia membela dirinya
sendiri.

Categories: Uncategorized