Archive

Archive for the ‘islam’ Category

Pusat Download Audio MP3 Al Quran. [free]

April 24, 2014 Leave a comment

Quran Mp3 and Audio Downloads in High Quality.

Buat yang lagi cari-cari audio/mp3 Al-Quran bisa langsung ke pusatnya.
Banyak banget pilihannya, tinggal disesuaikan selera telinga masing-masing.
Dijamin Free alias Gratis. Cukup siapin Quota dan Speed Internet yang melimpah aja, soalnya hampir semua file audio/mp3 Al-Quran di sini High Quality, jadi sizenya lumayan gede.
Buat gambaran aja, File audio/mp3 lengkap 30 Juz sizenya ada di kisaran 1 GB. 🙂

Langsung menuju TKP :
http://quranicaudio.com/
atau
http://audio.quran.com/
atau
http://mp3quran.net/eng/

Enjoy. 🙂

Categories: islam

Dzikrullah! Hati pun Tenang – Dr. Aidh Al-Qarni MA

April 3, 2014 1 comment

Oleh: Dr. Aidh Al-Qarni MA

waktu tanpa dzikir adalah kerusakan; umur tanpa dzikir adalah kehancuran; dan hidup tanpa dzikir adalah berlalu sia-sia.

Dzikrullah (dzikir kepada Allah) mencakup aspek yang luas, dan dapat menyempurnakan ibadah. Dzikrullah adalah jalan yang paling dekat menuju surga, jalan yang paling mudah menuju keselamatan, serta simbol ketaatan yang paling mudah.

Seorang hamba yang diberi kemampuan untuk senantiasa dzikrullah, dia akan sampai pada tujuan, diterima amalnya, dan akan memperoleh setiap kebaikan. Sebaliknya, orang yang terhalang dari dzikrullah akan tersingkir dan terisolasi. Semua pintu akan tertutup untuknya.

Dzikrullah adalah kekuatan hati, penghapus dosa-dosa, dan amal yang diridhai Allah, Rabb seluruh makhluk. Apabila hati lalai berdzikir, maka tubuh akan berubah menjadi kuburannya. Pemilik hati seperti ini menjadi orang yang gagal, binasa, risau, gelisah, dan penuh sesal.

Dzikir adalah “pedang” Allah untuk membabat kepala setan. Talinya dapat mengantarkan pelakunya kepada ikatan iman yang terkokoh dan jalan yang dapat menuntun penempuh menuju taman-taman surga. Bentengnya dapat melindungi seorang hamba dari setan berbentuk manusia maupun jin. Sumber airnya tawar dan segar, didatangi oleh setiap orang yang kehausan.

Dengan dzikir, Allah memalingkan hamba dari kesusahan dan duka nestapa; menghilangkan kesengsaraan dan derita; menjaganya dari setiap bencana; serta menjadikan segala musibah menjadi remeh baginya.

Ahli dzikir adalah hamba-hamba Allah yang paling terdepan. Mereka adalah seutama-utamanya golongan mujahidin, semulia-mulianya golongan sabiqin, dan secerdik-cerdik golongan mujtahidin.

Ahli dzikir mengungguli orang yang bersedekah dengan harta, lebih utama daripada mujahid yang turun di medan perang, dan lebih tinggi daripada orang yang mendirikan shalat di malam hari dan berpuasa pada siangnya. (namun ini tidak semerta-merta membuat kita meninggalkan amalan-amalan lain, sebab konteks dzikir sebagaimana diulas di muka adalah sangat luas)

Dzikir adalah modal bagi orang yang hendak berdagang. Dzikir adalah laba bagi orang yang takut rugi. Dzikir adalah kesenangan, kegembiraan, kenyamanan dan kenikmatan. Dan dzikir merupakan benteng penangkal dari setiap musuh, pencuri dan penyerang.

Ahli dzikir selalu bersama Ar-Rahman & Ar-Ridhwan, kekasihnya adalah Ad-Dayyan. Dia selamat dari kesusahan dan kesedihan; tak merasakan jauhnya perpisahan dari keluarga, handai taulan atau jiran. Dia tidak merasakan keterasingan, meski tinggal jauh dari kampung halaman dan negerinya.

Orang yang berdzikir kepada Allah adalah orang yang paling besar peruntungannya. Ia berada dalam kenikmatan yang besar dan memperoleh kemuliaan.

Kepadanya, Allah telah menjanjikan untuk menentramkan hatinya, sehingga dia tidak merasa susah, tidak berduka, tidak khawatir dan tidak sedih. Allah menjanjikan kepadanya bahwa dia tidak akan sesat, tak akan celaka, tak akan menyesal, dan tak akan terhina.

Hati orang yang senantiasa berdzikrullah laksana taman hijau yang sejuk. Rindang dedaunannya, matang buah-buahnya, teduh naungannya, segar airnya, dan indah panoramanya.

Dzikir adalah pengkilap hati, obat dan penawarnya apabila ia sakit; dan akan menghilangkan kemunafikannya, ujub, sum’ah, dan riya’nya. Dzikir adalah surga Allah di bumiNYA, yang barangsiapa tidak memasukinya, niscaya dia tidak akan masuk surga akhirat. Ia adalah jamuan makanNYA, yang barangsiapa menjawab para penyerunya, maka akan mengakhiri hidup dengan kebahagiaan.

Ia adalah bukti kebenaran iman, tanda kecintaan kepada RabbNYA, sekaligus tanda yang nyata atas kedekatannya dengan Penciptanya. Hidup tanpa dzikir tak dapat terbayangkan. Umur tanpa dzikir tak bermanfaat. Usaha tanpa dzikir tak diterima.

Dzikir adalah spirit kerja, mahkota ibadah, stempel ketaatan yang membuang kesepian, mengusir keterasingan, melenyapkan was-was, menghilangkan kesedihan, mencairkan kekerasan dan menjauhkan kelalaian.

Dzikir laksana sungai besar yang mengaliri kebun amal. Laksana mata air yang menjadi tempat pelepas dahaga hamba-hamba Allah di dunia.

Dzikrullah adalah iman, pelindung dan penangkal. Ia adalah iman yang akan membebaskan pemiliknya dari kenifakan dan kekafiran, menyatakan kebenarannya dalam ibadah dan keikhlasannya dalam ketaatan, serta kekuatannya dalam bermujahadah. Ia adalah pelindunga dari hal-hal yang menakutkan, merusak, berbagai musibah dan fitnah. Dan ia adalah penangkal dari tipu muslihat iblis, dan godaan, bujukan, hasutan, dan rayuannya.

Semua manusia hakikatnya adalah orang-orang mati, kecuali orang-orang berdzikir. Semua hamba Allah itu lalai, kecuali mereka yang berdzikir. Semua makhluk ciptaan itu hanya bermain-main dan bersenda gurau, kecuali mereka yang berdzikir.

Waktu tanpa dzikir adalah kerusakan. Umur tanpa dzikir adalah kehancuran. Hidup tanpa dzikir adalah berlalu sia-sia.

“Ingatlah padaKU, niscaya AKU akan mengingat kalian” (Al-Baqarah : 152)

Ini adalah medali paling besar yang tergantung di dada orang-orang yang berdzikir, dan mahkota teragung yang terletak di kepala orang-orang yang berdzikir. Sekiranya tak terdapat dalam dzikir selain dari manfaat yang besar ini, niscaya cukuplah manfaat itu bagi seorang hamba.

“Aku mengikuti persangkaan hambaKU padaKU, dan Aku bersamanya apabila dia mengingatKU”

Ini adalah ma’iyyiah (kesertaan) berupa kedekatan, pertolongan, taufik, penjagaan, dukungan, dan pelurusan. Barangsiapa yang Allah bersamanya, maka bagaimana dia bisa sesat, hina, takut, sedih, menyesal, atau risau?

“Siapa yang mengingatKU dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diriKU”

Allahu Akbar! Alangkah mulianya hamba yang mau berdzikir saat Dzat Yang Paling Mulia di antara Yang Mulia dan Yang Maha Penyayang di antara Penyayang mengingatnya. Mengingat dengan namanya, sifatnya dan jati dirinya di antara seluruh makhluk ciptaanNYA. Berasamaan pula dengan nikmat Allah yang akan mengingat ahli dzikir ini kelak di akhirat. Akan turun pula rahmat, keridhaan, shalawat, dan ampunanNYA.

“Dan siapa yang mengingatKU dalam kumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya dalam kumpulan yang lebih baik daripadanya”

Siapa yang mengingat Allah di tengah-tengah manusia di bumi, maka Allah akan mengingatnya di antara para malaikat muqarrabiin. Di sana, para malaikat duduk di atas tempat yang tinggi dan tempat yang paling membanggakan. Nama hamba tadi disebut dan diagungkan di hadapan mereka.

Apabila cinta manusia-manusia yang tengah mabuk kepayang pada Laila dan Salma merampas otak dan akal, maka apa yang akan diperbuat si pemabuk cinta yang mengalir dalam hatinya kerinduan pada Al-Alimul A’la.

“Ingatlah, dengan mengingat Allah, maka hati menjadi tenang” (Ar-Ra’d : 28)

Tenang setelah mengalami kegoncangan, reda setelah dirundung kerisauan, dan gembira setelah dihimpit kesedihan. Senang setelah dirundung kesusahan, aman setelah dilanda ketakutan, tentram setelah diliputi keraguan, dan yakin setelah dihinggapi kebimbangan.

Tak ada sesuatu yang dapat melegakan hati, meyenangkan, menyamankan, dan menggembirakannya seperi dzikir kepada Allah. Tak ada seorang pun memikat di dunia dapat meredam berbagai gejolak jiwa manusia. Ayah pengasih, orang tua baik, istri cantik, rumah elok, makanan yang menundang selera, mobil mewah, pangkat tinggi, taman asri, atau istana megah.

Semua itu -dan yang lainnya- tak dapat memadamkan kobaran api yang menyala-nyala, tak dapat memenuhi hajatnya, tak dapat memuaskan haus dahaganya, tak dapat menyembuhkan sakitnya, tak dapat menduduki posisi dzikrullah, apabila hamba kehilangannya. Bahkan apabila seseorang telah bertindak benar, berbuat baik dan berlaku tulus, maka dzikrullah akan mencukupinya, menyembuhkannya, menyehatkannya, dan memenuhi hajatnya.

“Dan sungguh dzikrullah itu adalah yang paling besar” (Al-Ankabut : 45)

Ia lebih besar daripada segala sesuatu, daripada kekuatan yang batil apabila menyerang hati. Lebih agung daripada kesewenang-wenangan yang munkar apabila menyatroni hati, dari gejolak syahwat apabila berkobar dalam diri.

Dzikrullah dalam sholat lebih besar faidahnya daripada faidah sholat yang mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dzikrullah itu lebih besar dari amal apapun, dan lebih mulia dari perkataan apapun. Ia lebih indah dari pembicaraan manapun. Sesungguhnya setiap ibadah diwajibkan untuk satu tujuan, yaitu dzikir. Dan semua syariat ditegakkan untuk menegakkan dzikir.

“Berdzikirlah (sebut-sebutlah) Allah, sebagaimana kalian menyebut-nyebut (membanggakan) bapak-bapak kalian, atau bahkan berdzikirlah yang lebih banyak dari itu” (Al-Baqoroh : 200)

Allah adalah Dzat Yang Paling Agung untuk disebut, maka wajib menyebut Allah lebih banyak daripada menyebut nama setiap orang, bahkan menyebut bapak-bapak sendiri, mereka yang wajib disayangi secara tulus, wajib diberi bakti, dan wajib dicintai. Sudah sepantasnyalah setiap orang yang mentauhidkan Allah untuk selalu konsisten berdzikir kepada Rabbnya, dan untuk selalu mengingat Allah Yang Maha Benar, agar dia menjadi orang yang dekat kepadaNYA dan dicintaiNYA.

“Sebutlah nama Allah sambil berdiri, atau duduk, ataupun berbaring” (An-Nisa : 103)

Ini adalah beberapa posisi keadaan seseorang. Bisa berdiri, duduk, atau berbaring. Maka dalam setiap keadaannya seseorang harus mengingat Allah. Jangan sampai ia berpisah dari dzikir di waktu berdiri, duduk, ataupun berbaring. Dzikrullah keluar bersama dengan tiap desah nafasnya, berulang-ulang bersama dengan tiap denyut jantungnya. Dalam keadaan mukim, ataupun safar, siang ataupun malam, sebagaimana Rasulullah SAW pun berdzikir kepada Allah setiap waktu.

“Wahai orang-orang yang beriman sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya” (Al-Ahzab : 41)

Bukan hanya di satu waktu saja namun tidak di waktu lainnya; atau dalam satu keadaan saja namun tidak pada keadaan lainnya. Bahkan lisan harus senantiasa basah menyebut nama Allah, dan jantung harus senantiasa berdenyut mengucap syukur kepadaNYA. Jadi, dzikir seorang hamba kepada Allah merupakan bekalnya, kehidupannya, semangatnya, yang menyedapkan pandangan matanya dan menyenangkan hatinya.

Dzikir yang banyak maksudnya adalah dzikir dalam banyak waktu, yang meramaikan hati, yang lisan tekun mengucapkannya. Dengannya, hati menjadi baik, dan anggota badan jadi berbudi karenanya.

“Permisalan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingatNYA adalah seperti orang yang hidup dan yang mati”

Perhatikan permisalan ini! Renungkanlah bukti yang jelas lagi gamblang ini, yang dapat dikenal oleh orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya.

Persoalannya adalah hidup dan mati! Orang yang berdzikir serupa orang yang hidup, dapat melihat, dapat mendengar, dapat memperhatikan dan dapat berfikir; sementara orang yang lalai dari dzikir serupa dengan orang yang mati, tak ada kehidupan padanya, tak dapat mendengar, tak dapat melihat, dan tak dapat pula berpikir.

Rasulullah SAW bersabda, “Telah sampai lebih dulu golongan mufarridun, yakni kaum lelaki dan kaum wanita yang banyak berdzikir kepada Allah”

Mereka adalah hamba-hamba Allah yang terdepan, pelopor orang-orang yang taat, pemuka orang-orang yang mengenal Allah, dan ahli-ahli ibadah pilihan. Mereka mendahului para mujahid, para mujtahid, para ahli shiyam dan para ahli sedekah dengan dzikir mereka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Maukah aku beritahukan kepada kalian sebaik-baik amal kalian, dan yang paling suci di sisi Rabb kalian (dan yang tertinggi derajatnya) dan lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada menyongsong musuh kalian – lalu kalian membabat leher mereka dan mereka membabat leher kalian?” mereka menjawab, “Tentu ya Rasulullah!” Rasulullah bersabda, “Dzikir kepada Allah Ta’ala”

Maka anugerah apalagi setelah ini? Dan kesuksesan apalagi di belakang ini? Dan pahala manalagi yang lebih besar daripada ini?

*mohon maaf bila ada ketikan yang salah*

Categories: islam

[sedikit] Mengenal Sufi dan Tasawuf.

March 3, 2014 Leave a comment

“Menyelami Makna pada Semesta Cinta”
Oleh Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj M.A
Dalam “Para Tokoh Berbicara” – Makrifat Cinta – Candra Malik

Cinta Allah kepada manusia tidak terpisah dari cinta manusia kepadaNYA. Al-Quran menegaskan, “Hai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya, Allah akan mendatangkan golongan lain; Ia mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNYA. Rendah hati terhadap sesama mukmin, dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Berjihad di jalan Allah, tiada takut akan celaan orang siapapun yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang akan dikaruniakan kepada siapa saja yang dikehendakiNYA. Allah meliputi segalanya dan Ia Mahatahu (QS Al-Maidah 5:54).

Bagaimana kata-kata cinta dalam Al-Quran? Al-Quran menyebut cinta, hubb dan derivasinya 83 kali, sedangkan lawan katanya, benci, bugd-bagda’ sebanyak 5 kali. Kata yang berdekatan dengan bugd adalah sukht, disebut 4 kali; lawan katanya ridha, terulang 73 kali. Hubb dan mahabbah seakar dengan habb, yang artinya biji atau inti. Hubb disebut habbat al-qalb, biji atau inti hati karena keserupaan aktifitasnya. Jika dikatakan, “aku mencintai seseorang”, berarti “aku menemukan inti hatinya”, sama dengan aku jadikan hatiku sebagai sasaran dan tujuan cintanya”.

Banyak ayat Al-Quran yang menekankan keutamaan cinta. Misalnya Allah berfirman bahwa Dia akan mengaruniakan cinta kepada orang beriman yang berbuat kebajikan. Selain mengandung dimensi religius, ayat ini juga mengandung dimensi moral dan sosial.

Ayat Al-Quran yang dirujuk dalam melukiskan perlunya jalan cinta dalam tasawuf antara lain, “Aku mencipta jin dan manusia tiada lain supaya mereka mengabdi/beribadah kepadaKU” (QS Al-Zariyat 51:56). Di dalam ayat ini tersirat pengertian bahwa dalam jalan cinta terdapat pengabdian kepada Yang Dicintai. Selain itu, para sufi juga menghubungkan pencapaian di jalan cinta dan perolehan pengetahuan yang mendalam tentang Yang Hakiki. Ibnu Abbas misalnya, menafsirkan “supaya beribadah kepadaKU” dalam ayat di atas sebagai “supaya mencapai pengetahuanKU (melalui jalan cinta)”.

Dalam Al-Quran, perasaan cinta antara lelaki dan perempuan disebut dengan istilah mawaddah, rahmah (QS Al-Rum 30:31); syaghafa (QS Yusuf 12:30); mail (QS Al-Nisa 4:129) dan hub-mahabbah (QS Yusuf 12:30). Istilah yang berbeda-beda ini menunjukan bahwa rumit, mendalam dan ragamnya cinta. Cinta memang memiliki dimensi yang sangat luas dan mendalam di mana perbedaan karakteristik itu akan membawa implikasi pada perbedaan tingkah laku.

Cinta itu sendiri diungkapkan dalam bahasa arab dengan tiga kelompok karakteristik, yaitu apresiatif (ta’dzim) , penuh perhatian (ihtimaman), dan cinta (mahabbah). Tika kelompok karakteristik itu terkumpul dalam ungkapan mahabbah, orangnya disebut habib, habibah, atau mahbub. Secara lebih spesifik, bahasa arab menyebut dengan ebam puluh istilah jenis cinta, sperti ‘isyqun (dalam bahasa Indonesia menjadi asyik), hilm, gharam (asmara), wajd, syauq, dan lahf. Akan tetapi Al-Quran hanya menyebut enam saja.

Dalam pembacaan tasawuf, kecintaan kepada Allah adalah puncak perjalanan manusia, puncak tujuan seluruh maqam. Setelah mahabbah (cinta), tak ada lagi maqam lain, kecuali buah mahabbah itu, seperti syauq (kerinduan), uns (kemesraan), dan ridha. Tidak ada maqam sebelum mahabbah, kecuali pengantar-pengantar kepadanya, seperti taubat, sabar, dan zuhud.

Guru-guru sufi mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa kewajiban mereka adalah memenuhi kehendak Allah, bukan karena sebuah rasa kewajiban, tetapi lebih karena cinta. Sebab, adakah sesuatu yang lebih besar daripada cinta yang tak bersyarat yang manusia persembahkan kepada Tuhannya? Seorang pecinta Tuhan tahu bahwa kesusahan adalah tangan Tuhan Yang Tercinta, yang dia rasakan, dia percayai; bahwa apapun yang menimpanya untuk kebaikannya semata, karena Tuhan mengetahui apa yang baik bagi pertumbuhan jiwa dan penyucian ruh.

Pengikut tasawuf sepenuhnya yakin bahwa mengenal Allah adalah pokok dari hikmah dan petunjuk. Sungguh, cinta kepada Allah adalah pintu kecemerlangan dan kebaikan, serta dasar kebahagiaan dunia akhirat. Ya, kaum Sufi menganggap mahabbah sebagai modal utama sekaligus mauhibah dari Allah untuk menuju jenjang ahwal yang lebih tinggi.

Mahabbah menurut arti bahasa adalah saling cinta-mencintai. Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepadaNYA dan membenci sikap yang melawan kepadaNYA, mengosongkan hati dari segala-galanya, kecuali Allah, serta menyerahkan seluruh diri kepadaNYA.

Konsep al-hub (cinta) pertama kali dicetuskan oleh seorang Sufi wanita terkenal Rabi’ah Adawiyah (96 H – 185 H), menyempurnakan dan meningkatkan versi zuhud, al-khauf wa al-raja’ (takut dan pengharapan) dari tokoh sufi Hasan Al-Basri. Cinta yang suci murni adalah lebih tinggi dan lebih sempurna daripada al-khauf wa al-raja’, karena cinta yang murni tidak mengharapkan apa-apa dari Allah, kecuali ridhaNYA. Menurut Rabi’ah Adawiyah, al-hub itu merupakan cetusan dari perasaan rindu dan pasrah kepadaNYA. Perasaan cinta yang menyelinap dalam lubuk hati Rabi’ah Adawiyah menyebabkan dia mengorbankan seluruh hidupnya untuk mencintai Allah.

Cinta Rabi’ah kepada Allah Swt, begitu memenuhi seluruh jiwanya, sehingga ia menolak seluruh tawaran untuk menikah. Dia mengatakan bahwa dirinya adalah milik Allah yang dicintainya. Oleh karena itu, siapa yang ingin menikahinya harus meminta izin dahulu kepadaNYA. Pernah ditanyakan kepada Rabi’ah, apakah engkau benci kepada setan?, Dia menjawab, “Tidak, cintaku kepada Allah tidak menyisakan ruang kosong dalam diriku untuk tempat rasa benci kepada setan”. Ditanyakan apakah ia cinta kepada Nabi Muhammad SAW?, Ia menjawab, “Saya cinta kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi cintaku kepada Khalik memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk”. Banyak sekali syair dan gubahan dari Rabi’ah menggambarkan cintanya kepada Allah.

Abu Sa’id bin Abi Al-Haz Al-Sufi berkata, “Guruku memegang tanganku dan mendudukanku di dalam suatu ruangan besar, kemudian tangannya mengambil kitab, lalu membacanya. Aku berusaha melihat isi kitab itu, guruku mencuri pandang gerakanku itu, kemudian berkata, “Hai Abu Sa’id, sesungguhnya 124.000 orang Nabi diutus untuk mengajari manusia hanya untuk satu kalimat, yaitu “Allah”. Barangsiapa mendengarkan hanya dengan satu telinga maka akan keluar lewat telinga lainnya. Barangsiapa mendengarkan dengan ruh, lalu melekatkannya ke dalam jiwanya, merasakannya sampai meresap ke dalam relung hatinya, memahami makna ruhiyah-nya dan diilhami cintanya, maka terbukalah baginya segala yang ada”.

Imam Al-Qusyairi, pengarang kitab Risalah al-Qusyairiyah mendefinisikan cinta (mahabbah) Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Apabila kehendak itu tidak diperuntukan khusus melainkan umum untuk semua hambaNYA, menurut Qusyairi dinamakan rahmat. Lalu jika iradah tersebut berkaitan dengan azab, disebut dengan murka (ghaglab).

Abu Nasr Al-Sarraj Al-Tusi membagi mahabbah kepada tiga tingkat. Pertama mahabbah orang biasa, yaitu orang yang selalu mengingat Allah dengan zikir dan memperoleh kesenangan dalam berdialog denganNYA, serta senantiasa memujiNYA. Kedua mahabbah orang shiddiq, yaitu orang yang mengenal Allah tentang kebesaranNYA, kekuasaanNYA, dan ilmuNYA. Mahabbah ini dapat menghilangkan hijab, sehingga ia menjadi kasyaf, terbuka tabir yang memisahkan diri seseorang dari Allah. Mahabbah tingkat kedua ini sanggup menghilangkan kehendak dan sifatnya sendiri sebab hatinya penuh dengan rindu dan cinta kepada Allah. Ketiga adalah mahabbah orang arif, yaitu cintanya orang yang telah penuh sempurna makrifatnya dengan Allah. Mahabbah orang arif ini, yang dilihat dan dirasakannya bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Pada akhirnya, sifat-sifat yang dicintai masuk ke diri yang mencintai. Cinta pada tingkat ketiga inilah yang menyebabkan mahabbah orang arif ini dapat berdialog dan menyatu dengan kehendak Allah.

Pengalaman cinta sesungguhnaya tidak hanya merupakan keadaan jiwa atau ruhani yang diliputi sejenis perasaan, seperti kegairahan dan kemabukan mistikal (wajd & sukr). Dalam pengalaman cinta yang bersifat transendental, seorang juga belajar mengenal dan mengetahui lebih mendalam yang dicintai, dan dengan demikian cinta juga mengandung unsure kognitif. Bentuk pengetahuan yang dihasilkan oleh cinta adalah makrifa dan kasyaf, tersingkapnya penglihatan batin. Di sini, seorang sufi telah mencapai hakekatdan melihat bahwa hakekat yang tersembunyi di dalam segala sesuatu sebenarnya satu, yaitu wujud dari Pengetahuanm Keindahan dan CintaNYA.

Walaupun istilah ‘isyq tidak terdapat pada Al-Quran, namun para sufi memandang perkataan itu tidak bertentangan artinya dengan mahabbah. Menurut Jalaluddin Rumi, ‘isyq adalah mahabbah dalam tingkat yang lebih tinggi dan membakar kerinduan seseorang sehingga bersedia menempuh perjalanan hauh menemui Kekasihnya.

‘Ala kulli hal, cinta merupakan kewajiban paling mulia dan fondasi keimanan paling kuat. Setiap perbuatan sesungguhnya digerakkan oleh cinta; cinta yang terpuji maupun yang tercela. Segala perbuatan penuh keimanan digerakan oleh dan didasarkan atas cinta kepada Allah.

Nah, buku karya Candra Malik ini kiranya hendak mengajak untuk ‘berselancar’ dalam mengarungi keasyikan dan keindahan cinta. Cinta yang tidak hanya dipahami secara lahiriyah dengan hanya terpaku pada kegairahan formal belaka, melainkan cinta yang menembus batas-batas formalitas, mencairkan kejumudan dan meraih rasa (dzauq), cinta yang menyemesta nan mengharu biru.

Kita tahu, saat ini tengah menjamur kelompok-kelompok islam puritan dan radikal yang dengan militansinya menggelorakan semangat yang berbasis pada penafsiran literalis-harfiah. Meraka dengan galaknya memerangi segala apa yang mereka pandang sebagai bid’ah, khurafat, dan takhayul. Jelas mereka ini menolak penafsiran sufistik karena tasawuf telah dikutuk sebagai bentuk kesesatan. Tak sadar, mereka ini telah menafikan ‘rasaan’ dalam keberagaman dan terpaku pada ‘kegairahan badani’ semata dalam beribadah. Sungguh militansi kebablasan ini telah meluluhlantakan ‘nyawa’ dari beribadah. Karena sesungguhnya ibadah tak cukup hanya olah badan saja, tetapi justru harus menukik pada olah batin. Sementara olah batin merupakan ‘rimba raya’ yang pencapaiannya tak sekedar ritual tubuh, yang dibarengi dengan tampilan-tampilan yang seolah islami, melainkan dunia batin harus dijalani dengan pelatihan (riyadhah) dalam cakupan penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs).

Nah kehadiran buku ini akan membuat kita melek betapa cinta dalam segala tingkatan apapun perupakan ‘tambatan’ yang niscaya. Perenungan cinta hingga mencapai makrifat cinta sungguh merupakan maqam yang seharusnya dilalui bagi setiap insan, terutama mereka yang mengaku beragama. Sehingga keberagaman tidak lagi kering dan hampa, melainkan menguat karena basah oleh tarikan cinta. Kita memang perlu memakrifatkan diri agar tidak terhijab oleh ketidaktahuan atau keangkuhan diri, seolah kita sudah mampu memahami keberagaman kita, padahal kita masih jauh berada di tepian makrifat. Semoga. Wallahu a’lamu bi al-sawab.

Ciganjur, November, 2012.

*mohon maaf jika ada ketikan yang salah.

Categories: islam

Fatwa Tarjih Muhammadiyah Hukum Menyuap Untuk Menjadi PNS

August 19, 2013 Leave a comment

HUKUM MENYUAP UNTUK MENJADI PNS

Pertanyaan dari:
‘Aisy ‘Aunul Irsyad, Perum Mutiara Prima Raya, Candi Sidoarjo Jawa Timur
(disidangkan pada Jum’at, 13 Ferbuari 2009 M / 18 Safar 1430 H)

Pertanyaan:

Di bulan Nopember dan Desember 2008 yang lalu banyak pendaftaran CPNS. Di sini ada beberapa pertanyaan:
1. Bagaimana hukum orang yang memberikan sejumlah uang atau benda lain sebelum pengumuman? Mohon dalilnya!
2. Bagaimana hukum menerima gaji PNS yang cara masuknya ada unsur suap?
3. Adakah cara untuk bertobat bagi PNS yang sudah terlanjur bekerja dan menerima gaji sedangkan dia masuk dengan cara suap?
4. Bolehkah memberikan sejumlah uang atau benda berharga kepada seseorang yang membawa kita untuk masuk CPNS setelah SK turun tanpa ada perjanjian/ pemaksaan sebelumnya? Mohon dalilnya!

Jawaban:

Saudara yang terhormat, berikut ini jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saudara:

1. Pada umumnya, orang yang memberikan sejumlah uang atau harta dengan cara tidak resmi dan dengan tujuan supaya berhasil menjadi PNS disebut penyuap dan ia berdosa karena melakukan hal yang diharamkan oleh syariat Islam. Dalilnya, firman Allah berikut:
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” [QS. al-Baqarah (2): 188]

Dan hadis Nabi Muhammad saw seperti berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَعَنَ اللهُ الرَّاشِي وَاْلمُرْتَشِي. [رواه ابن حبان]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru katanya: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: ‘Allah melaknat pemberi suap dan penerima suap’.” [HR. Ibn Hibban]

Selain itu, para ulama telah berijma’ bahwa suap-menyuap itu hukumnya haram. Di antara yang meriwayatkan adanya ijma’ atas pengharaman suap-menyuap adalah As-Syaukani dan As-San’ani.
Namun pemberi sejumlah uang atau benda lain dalam hal menjadi PNS ini, dapat dirinci menjadi dua kelompok: Pertama, orang yang tidak berhak atas pekerjaan yang dikehendakinya karena dia tidak memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan. Misalnya, seorang lulusan S-1 memberikan sejumlah uang atau benda lain untuk diterima menjadi PNS, padahal syaratnya adalah lulusan S-2. Kedua, orang yang berhak atas pekerjaan tersebut karena telah memenuhi syarat-syaratnya, dan kemudian akan diseleksi untuk menentukan siapa yang diterima. Misalnya, dalam suatu pendaftaran CPNS dibutuhkan 20 orang, namun pendaftar yang memenuhi syarat berjumlah 150 orang. Di antara mereka, ada yang memberikan sejumlah uang atau benda lain agar masuk dalam 20 orang yang diterima.

Kelompok pertama jelas melakukan sesuatu yang diharamkan karena melakukan suap atas sesuatu yang bukan haknya dan ini berarti merampas hak orang lain (mendzalimi orang lain). Sementara kelompok kedua yang berhak atas pekerjaan tersebut dapat dirinci lagi menjadi dua bentuk, yaitu: (1) Jika memberikan sejumlah uang atau benda lain itu dilakukan supaya bisa mengalahkan pesaing-pesaingnya sebelum pengumuman penerimaan, maka orang ini telah melakukan sesuatu yang haram, sama dengan kelompok pertama. (2) Jika memberikan sejumlah uang atau benda lain itu karena kalau tidak melakukannya dia tidak akan mendapatkan haknya, padahal dia termasuk dalam 20 orang yang diterima, maka orang ini sebenarnya tidak berniat dan tidak suka melakukan itu, tapi karena ada oknum yang menghalangi haknya menjadi PNS maka terpaksa dia melakukannya. Menurut sebagian ulama, orang yang melakukan bentuk kedua ini tidak berdosa, karena melakukannya dengan terpaksa, jika tidak melakukan dia tidak akan mendapatkan haknya. Orang tersebut justru menjadi korban pemerasan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tapi, menurut sebagian ulama yang lain memberikan sejumlah uang atau benda lain seperti disebutkan di atas, dalam bentuk dan keadaan apapun, termasuk suap dan tetap diharamkan karena dalil pengharaman suap itu umum, tidak ada yang mengkhususkannya. (Lihat Nailul Author, 9/172). Dalam hal ini, kami menasehatkan agar suap-menyuap itu dijauhi sedapat mungkin karena ia banyak menimbulkan kerusakan pada akhlak masyarakat dan sistem pemerintahan.

2. Berdasarkan rincian pada poin di atas, hukum menerima gaji PNS yang cara masuknya ada unsur suap dapat dibedakan seperti berikut; (1) orang yang tidak berhak atas pekerjaan yang dikehendakinya karena dia tidak memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan, tetapi mendapatkannya juga karena suap, maka orang ini haram menerima gajinya. (2) orang yang berhak atas pekerjaan tersebut karena telah memenuhi syarat-syaratnya kemudian memberikan sejumlah uang atau benda lain supaya bisa mengalahkan pesaing-pesaingnya sebelum pengumuman penerimaan, orang ini berhak atas gajinya karena dia telah bekerja sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, tetapi tetap berdosa karena cara masuknya menzalimi orang lain dengan menyuap. (3) Orang yang berhak atas pekerjaannya sebagai PNS dan dia menjadi PNS dengan memberikan sejumlah uang atau benda lain karena terpaksa, kalau tidak memberikannya dia tidak akan mendapatkan haknya padahal sudah jelas ia diterima menjadi PNS, orang ini berhak atas gajinya dan gajinya itu halal.

3. Cara bertobat bagi PNS yang sudah terlanjur bekerja dan menerima gaji sedangkan dia masuk dengan cara suap yang diharamkan adalah dengan menyesali perbuatannya itu, berjanji tidak akan mengulanginya, memohon ampun kepada Allah, lalu melepaskan jabatannya itu dan mencari pekerjaan lain yang memberinya upah atau gaji yang halal. Dan bagi orang yang berhak atas pekerjaan tersebut tapi dia mendapatkannya dengan cara suap, cara bertaubatnya adalah dengan menyesali perbuatannya itu, berjanji tidak akan mengulanginya, memohon ampun kepada Allah dan bekerja dengan sebaik-baiknya disertai dengan banyak berinfak di jalan Allah.

4. Adapun memberikan sejumlah uang atau benda lain kepada seseorang yang membuat kita masuk menjadi PNS setelah SK turun tanpa ada perjanjian/ pemaksaan sebelumnya itu dibolehkan. Bahkan hal itu dianjurkan karena itu adalah sebagai tanda terima kasih kita atas kebaikannya kepada kita. Allah mengajari kita untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dalam firmanNya:

Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” [QS. ar-Rahman (55): 60]

Dan Nabi saw juga mengajarkan hal yang sama, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللهَ. [رواه الترمذي]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: ‘Barangsiapa tidak berterima kasih kepada orang lain berarti tidak bersyukur kepada Allah’.” [HR. at-Tirmidzi]

Namun perlu ditekankan di sini, bahwa memberi hadiah kepada pejabat atau pegawai yang membuat kita bisa lolos menjadi PNS itu sebaiknya dihindari, karena di samping termasuk salah satu bentuk tindak pidana korupsi juga dikhawatirkan termasuk dalam larangan Nabi saw dalam hadis berikut:
عَنِ الزُّهْرِي أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ أَخْبَرَنَا أَبُو حُمَيْدِ السَّاعِدِي قَالَ اسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً مِنَ بَنَي أَسَدٍ يُقَالُ لَهُ ابْنُ اْلأُتْبِيَّةِ عَلَى صَدَقَةٍ فَلَمَّا قَدَمَ قَالَ هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سُفْيَانُ أَيْضًا فَصَعَدَ اْلمِنْبَرَ فَحَمِدَ اللهُ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: مَا بَالُ الْعَامِلِ نَبْعَثُهُ فَيَأْتِي فَيَقُولُ هَذَا لَكَ وَهَذَا لِي فهلا جَلَسَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَنْظُرَ أَيُهْدَى لَهُ أَمْ لاَ ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَأْتِي بِشَيْءٍ إِلاَّ جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ إِنْ كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ أَوْ شَاةً تَيْعَرُ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَتِي إِبْطِيهِ أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ثَلاَثًا. [رواه البخاري]

Artinya: “Diriwayatkan dari Zuhri bahwa dia mendengar Urwah berkata: Abu Humaid as-Saidi berkata: Nabi saw menjadikan seorang laki-laki dari Bani Asad yang disebut Ibn al-Utbiyah sebagai pegawai (pemungut) zakat. Ketika kembali dia berkata: “Ini untukmu, dan ini dihadiahkan kepadaku”. Maka Nabi Saw. segera berdiri di atas mimbar. Sufyan juga berkata: Maka beliau segera naik mimbar lalu memuji dan memuja Allah lalu bersabda: “Bagaimana perilaku pegawai yang kami utus lalu kembali dengan mengatakan: “Ini untukmu dan ini untukku. Tidakkah ia duduk saja di rumah ayah atau ibunya lalu melihat apakah ia diberi hadiah atau tidak? Demi Zat yang jiwaku ada di tanganNya, pegawai itu tidak mengambil sesuatu (yang bukan haknya) melainkan pada hari kiamat akan dikalungkannya di lehernya: Jika yang diambilnya itu onta maka ia akan mempunyai suara onta. Jika yang diambilnya sapi betina maka ia akan mempunyai suara sapi betina. Dan jika yang diambilnya itu kambing maka ia akan mempunyai suara kambing”. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami melihat bulu kedua ketiaknya. “Sungguh aku telah menyampaikan.” Beliau mengucapkannya tiga kali”.” [HR. al-Bukhari]

Wallahu a’lam bish-shawab. mi*)

source: http://www.fatwatarjih.com/2012/01/download-file-fatwa-tarjih-2003-2010.html

Categories: islam Tags:

Sholat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar.

March 26, 2013 1 comment

Sholat mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Sholat yang bagimana? Sholat yang khusyu.

Jika dilihat dan dibahas secara ilmiah maka ketemu jawabannya. Meskipun ibadah sebenarnya tidak perlu diilmiahkan, hanya perlu diamaliahkan, tetapi dalam hal ini rasanya tidak ada salahnya.

Sholat jika diibaratkan meditasi dan bacaan-bacaan sholat diibaratkan sebagai afirmasinya, dan khusyu diibaratkan sebagai kondisi “trance”, maka benarlah adanya “sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”.

Kenapa? Karena saat kondisi “trance” otak menerima semua afirmasi yang masuk hampir tanpa bantahan.
Dan bila minimal umat muslim sholat 5 waktu sehari dan semua dilakukan dalam keadaan khusyu (trance) maka benarlah adanya “sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar”. Karena semua bacaan sholat adalah doa (afirmasi) yang sangat indah dan positif.

Mari kita sholat. 🙂

Categories: islam Tags:

Sumber Kebahagiaan.

April 11, 2012 5 comments

1. Amal saleh.
2. Istri salihah.
3. Rumah yg luas.
4. Penghasilan yg baik.
5. Akhlak yg baik dan penuh kasih kepada sesama.
6. Terhindar dari himpitan hutang dan sifat boros.

*LaaTahzan halaman 178

Categories: islam, jiwa, life

Titik-titik.

January 18, 2012 Leave a comment

*kitab (alquran) ini, tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (2:2)

*baginya apa yg telah diusahakannya dan bagimu apa yg sudah kamu usahakan (2:134)

*barangsiapa mengerjakan suatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui (2:158)

*apabila hamba-hambaKU bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah) bahwasanya AKU adalah dekat.
AKU mengabulkan permohonan orang yg berdoa apabila ia memohon kepadaKU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)KU dan hendaklah mereka beriman kepadaKU, agar mereka selalu dalam kebenaran (2:186)

*belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg berbuat baik (2:195)

*orang yg berdoa “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka ” | mereka itulah orang-orang yg mendapat bahagian dari apa yg mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitunganNYA (2:201-202)

*apa saja harta yg kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yg sedang dalam perjalanan;
dan apa saja kebajikan yg kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (2:215)

*siapakah yg mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yg baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan liat ganda yg banyak.
dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNYA-lah kamu dikembalikan (2:245)

*hai orang-orang yg beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yg telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yg pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yg akrab dan tidak ada lagi syafa’at (2:254)

*perumpamaan (nafkah yg dikeluarkan oleh) orang-orang yg menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yg menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir : seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yg dikehendaki.
dan Allah Maha Luas (karunia-NYA) lagi Maha Mengetahui (2:261)

*perumpamaan orang-orang yg membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yg terletak di dataran tinggi yg disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat.
jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai).
dan Allah Maha melihat apa yg kamu perbuat (2:265)

*nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yg baik-baik dan sebagian dari apa yg Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
dan janganlah kamu memilih yg buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadanya.
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji (2:267)

*jika kamu menampakan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali.
dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.
dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yg kamu kerjakan (2:271)

*orang-orang yg menafkahkan hartanya di malam hari dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (2:274)

*orang-orang yg beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (2:277)

Categories: islam, jiwa