Sang Alkemis Paulo Coelho: MAKTUB!!

“Maktub,” kata pedagang itu pada akhirnya.
“Apa artinya itu?”
“Kalau kau orang Arab, baru kau bisa mengerti, tapi dalam bahasamu artinya kira-kira: “Telah tertulis.”

—–

“Aku bangga padamu, kau membawa suasana baru ke dalam toko kristalku. Tapi kau tahu kau tidak akan membeli domba-domba.”
“Siapa yang bilang begitu?” tanya si anak dengan terperanjat.
“Maktub,” sahut pedagang kristal.

—–

Si orang Inggris bertanya, apakah mereka dalam bahaya.
“Begitu kau menapakkan kaki di padang pasir, kau tak bisa mundur lagi, dan kalau kau tak bisa mundur lagi, kau hanya perlu memikirkan cara terbaik untuk maju terus. Selebihnya terserah kepada Allah, termasuk bahaya yang mungkin mengintai,” kata si pemandu unta.
Dan dia mengakhiri kalimatnya dengan mengucapkan kata misterius itu: “Maktub.”

—–

Dan saat dua orang ini bertemu dan mata mereka beradu pandang, masa lalu dan masa depan tidak lagi penting. Yang ada hanyalah saat ini, serta keyakinan yang sangat bahwa segala sesuatu di bawah matahari ini digoreskan oleh satu tangan yang sama. Tangan yang telah membangkitkan rasa cinta, menciptakan kembaran jiwa untuk setiap orang di dunia. Tanpa cinta semacam itu, mimpi-mimpi kita tak lagi berarti.
Maktub, pikir si anak.

—–

“Karena itulah aku ingin kau meneruskan mencari impianmu. Kalau kau merasa harus menunggu sampai perang berakhir, tunggulah. Tapi kalau kau merasa harus pergi sekarang juga, pergilah mengejar mimpimu. Bukit-bukit pasir ini senantiasa berubah diembus angin, akan tetapi padang gurun itu tak pernah berubah. Begitu pula cinta kita.”
“Maktub,” kata gadis itu. “Kalau aku memang bagian dari mimpimu, suatu hari nanti kau pasti kembali.”

—–

Dan seperti dikatakan pemandu unta itu, mati besok sama saja dengan mati kapanpun. Setiap hari adalah untuk dijalani atau untuk menandai kepulangan kita dari dunia ini. Segalanya bergantung pada satu kata: “Maktub”.

—–